18 Desember 2009

usia

Ketika usiamu 1 tahun, ia menyuapi dan mendidikmu. Kau membalasnya dengan menangis sepanjang malam.
Ketika usiamu 2 tahun, ia mengajarimu melangkahkan kaki. Kau membalasnya dengan lari menjauh kala ia memanggilmu.
Ketika usiamu 3 tahun, ia menyiakan sarapanmu dengan segala cinta kasih. Kau membalasnya dengan membanting piring di lantai.
Ketika usiamu 4 tahun, ia memberimu seperangkat krayon. Kau membalasnya dengan mencoret-coret meja makan.
Ketika usiamu 5 tahun, ia mengenakan pakaian untuk berlibur. Kau membalasnya dengan bermain di onggop-onggop lumpur.
Ketika usiamu 6 tahun, ia mengantarmu ke sekolah. Kau membalasnya dengan berteriak, “AKU NGGAK MAO KE SEKOLAH”.
Ketika usiamu 7 tahun, ia menghadiahimu dengan bola sepak. Kau membalasnya dengan melemparkannya ke jendela tetangga sebelah.
Ketika usiamu 8 tahun, ia memberimu es krim. Kau membalasnya dengan menciprat-cipratkannya di sekujur badanmu.
Ketika usiamu 9 tahun, ia memanggilkanmu guru les piano. Kau membalasnya dengan bermalas-malasan untuk berlatih.
Ketika usiamu 10 tahun, ia mengantarmu sepanjang hari, dari main bola sampai senam, dari satu pesta ke pesta ualng tahun berikutnya. kau membalasnya dengan melompat dari mobil secepat kilat dan tanpa menengok lagi.
Ketika usiamu 11 tahun, ia membawamu dan teman-temanmu nonton film. Kau membalasnya dengan memintanya duduk dibarisan lain.
Ketika usiamu 12 tahun, ia menegurmu untuk tidak menonton acara tivi tertentu. Kau membalasnya dengan menunggunya sampai ia pergi.
Ketika usiamu 13 tahun, ia memintamu memotong rambut baru. kau membalasnya dengan mengatakan bahwa ia tidak punya selera.
Ketika usiamu 14 tahun, ia membayarkan ongkos untuk satu bulan berlibur. kau membalasnya dengan tak sekalipun mengirimkan kabar.
Ketika usiamu 15 tahun, ia pulang bekerja, dan mengharap mendapatkan pelukanmu. kau membalasnya dengan mengunci kamar.
Ketika usiamu 16 tahun, ia mengajarimu mengendarai mobil. kau membalasnya dengan mencuri-curi tiap kesempatan.
Ketika usiamu 17 tahun, ia mengharapkan telepon penting, kau membalasnya dengan menggunakan telepon sepanjang malam.
Ketika usiamu 18 tahun, ia menangis di hari kelulusan sekolahmu. Kau membalasnya dengan pergi berpesta sampai pagi.
Ketika usiamu 19 tahun, ia membayar uang SPP perguruan tinggimu, mengantarkanmu membawakan tasmu ke kampus. Kau membalasnya dengan mengucapkan selamat tinggal.
Ketika usiamu 20 tahun, ia bertanya apakah kamu telah menaksir seseorang. Kau membalasnya dengan mengatakan “itu bukan urusanmu”.
Ketika usiamu 21 tahun, ia mengusulkan satu pekerjaan untuk karir masa depanmu. kau membalasnya dengan mengatakan “AKu tak ingin sepertimu.”
Ketika usiamu 22 tahun, ia memelukmu dihari wisudamu. kau membalasnya dengan meminta ditraktir liburan ke Eropa.
Ketika usiamu 23 tahun, ia menghadiahimu furnitur untuk apartemen pertamamu. kau membalasnya dengan menyebut furnitur itu kepada teman2mu sebagai barang rongsokan.
Ketika usiamu 24 tahun, ia menjumpai tunanganmu dan menanyai masa depanmu. Kau membalasnya dengan berkata, “Uhhhhh, Ibu..!”
Ketika usiamu 25 tahun, ia membantu membiayai pesta perkawinanmu, dan ia menangis haru, dan menegaskan betapa ia mencintaimu. kau membalasnya dengan pindah kota menjauhinya.
Ketika usiamu 30 tahun, ia menelpon dan memberimu nasehat tentang bayimu. kau membalasnya dengan mengguruinya, “Semuanya kini berbeda.”
Ketika usiamu 40 tahun, ia menelpon dan mengingatkanmu hari ulang tahun familimu. Kau membalasnya dengan berkata, “Ahh, betapa sibuknya aku sekarang.”
Ketika usiamu 50 tahun, ia sakit-sakitan dan membutuhkanmu untuk menjagainya. Kau membalasnya dengan membacakan kisah betapa merepotkannya orang tua bagi anak2nya.
Sampai suatu hari, ia pergi dengan tenang untuk selamanya. Dan segala yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, bagai halilintar datang menyambar jantungmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar